Kisah Bocah Sumedang Jual Es Buah untuk Beli Kuota Demi Belajar Online, Kerap Diejek Tapi Tak Malu
Keputusan seorang bocah bernama Jafar Sidik (11) saat berjualan es buah keliling demi bisa membeli kouta internet untuk belajar online dan membantu kebutuhan kedua orangtua ternyata ada suka dukanya.
Selain, banyak warga yang menolak untuk membeli, dia juga pernah diejek oleh orang lain.
Kendati demikian, Jafar bakal tetap bertahan dengan keputusannya itu dan tidak pernah sampai mengeluh.
Jafar mengaku, bakal tetap bertahan berjualan es buah meskipun ada yang mengejek, bahkan ketika kegiatan belajar mengajar (KBM) tatap muka bisa digelar, dia juga bakal berjualan di sekolah.
"Iya, suka ada yang ngejek. Tapi tetap tidak malu," ujar Jafar saat ditemui ketika berjualan di sekitar Jalan Mayor Abdurrahman, Kabupaten Sumedang, Rabu (12/3/2020).
Bocah asal Lembur Tengah, RT 3/17, Kelurahan Situ, Kecamatan Sumedang Utara, Kabupaten Sumedang ini juga mengaku tidak ingin bermain seperti anak-anak yang lain karena tak ingin menyusahkan kedua orangtua.
"Enggak malu (jualan es buah), enggak mau main juga karena kasihan sama Mamah dan Adik," ujar bocah yang merupakan siswa kelas 6 SDN Panyingkiran 2 itu.
Neneng Fatimah (32) ibu Jafar mengatakan, meskipun saat pulang ke rumah anaknya pertamanya itu mengaku suka ada yang mengejek, tetapi Jafar tidak mempermasalahkan hal tersebut.
"Saat pulang berdagang, keluh kesahnya suka ada yang menghina (ngejek) saja, tapi dia mah ya gak apa-apa," ujar Neneng.
Ia mengatakan, anaknya itu berjualan keliling karena ingin membantu kebutuhan orangtua dan hal tersebut juga merupakan keinginan dari Jafar sendiri.
"Saja juga tinggal disini ngontrak, bayar Rp 500 ribu per bulan," katanya.
Ibu yang memiliki dua orang anak ini bersyukur memiliki anak seperti Jafar yang tak malu berjualan keliling demi membantu meringankan beban kedua orangtuanya.
"Suami saya bekerja kuli bangunan di Bandung, sejak satu bulan yang lalu. Anak saya berkeliling berjualan es buah dari pukul 09.00 - 18.00 WIB," ucap Neneng.
Diberitakan sebelumnya, di tengah terik matahari, seorang bocah bernama Jafar Sidik (11), warga Lembur Tengah, RT 03/17, Kelurahan Situ, Kecamatan Sumedang Utara, Kabupaten Sumedang tampak semangat menenteng es buah untuk dijual secara berkeliling.
Di saat teman sebayanya asyik bermain sepeda, Jafar malah sibuk dan terlihat tidak ada rasa malu untuk menawarkan es buah ke setiap rumah warga meskipun tak mudah untuk mendapatkan para pembeli.
Sebelum berangkat, Jafar menyiapkan sendiri barang dagangannya dibantu oleh ibunya di rumah kontrakan yang sangat sederhana. Kemudian setelah semuanya selesai, dia langsung berpamitan dan meminta doa ke ibunya agar semua dagangannya bisa laku terjual.
Kemudian ia berjalan dengan menyusuri gang sempit dan area persawahan sambil menawarkan es buah dengan suara yang lantang agar warga yang sedang berada di dalam rumah mendengar apa yang ia jual.
Siswa kelas 6 SDN Panyingkiran 2 itu setiap harinya berjualan dengan membawa tas kecil, memakai masker dan sandal jepit. Saat berjualan, dia hanya mampu membawa es buah sebanyak 10 cup yang disimpan menggunakan wadah terbuka.
Meski tubuhnya mungil, anak pertama dari pasangan suami istri Neneng Fatimah (36) dan Ubed Junaedi (40) itu mampu berkeliling ke setiap kampung agar semua dagangannya bisa laku terjual.
"Uangnya dikumpulin di mamah, agar ada modal lagi buat usaha, bayar token listrik dan bayar kontrakan," ujar Jafar saat ditemui ketika berjualan di sekitar Jalan Mayor Abdurrahman, Kabupaten Sumedang, Rabu (12/3/2020).
Selain itu, uang hasil penjualan es buah itu ia gunakan untuk membeli kuota internet agar bisa belajar online seperti teman-teman yang lain karena hingga saat ini belajar tatap muka di sekolah belum bisa digelar.
"Beli kuota paling banyak mampu membeli setengah giga untuk belajar online," kata Jafar.
Dalam satu kali berjualan, ia bisa membawa uang rata-rata Rp 50 ribu dari hasil penjualan 10 cup es buah yang harganya Rp 3.000. Ia bisa mendapatkan uang lebih itu karena banyak warga yang tidak menerima uang kembalian karena merasa kasihan.
"Tapi kalau habis, saya balik ke rumah untuk membawa es buah agar bisa berjualan lagi. Sehari bisa 3 sampai 4 kali berjualan dengan membawa 8 atau 10 cup es buah dalam satu kali," kata Jafar.
Ia juga mengaku tidak malu berjualan karena niatnya ingin membantu ibunya yang juga berjualan es buah di rumahnya, sedangkan untuk ayahnya bekerja kuli bangunan di daerah Kota Bandung.
"Saya jualan saat ayah bekerja di Bandung sejak satu bulan yang lalu, dan saat ini kebetulan lagi belajar di rumah. Jadi bisa bantu mamah sama adik," ucapnya.
Neneng Fatimah ibu Jafar mengatakan, anaknya itu rela berjualan es buah dengan cara berkeliling karena memang kemauannya sendiri dan tidak ada paksaan dari orangtua.
"Biasanya dia berjualan dari jam 9 sampai sore. Itu memang keinginanannya sendiri karena katanya ingin membantu orangtua," kata Neneng.
Sumber Artikel:
Selain, banyak warga yang menolak untuk membeli, dia juga pernah diejek oleh orang lain.
Kendati demikian, Jafar bakal tetap bertahan dengan keputusannya itu dan tidak pernah sampai mengeluh.
Jafar mengaku, bakal tetap bertahan berjualan es buah meskipun ada yang mengejek, bahkan ketika kegiatan belajar mengajar (KBM) tatap muka bisa digelar, dia juga bakal berjualan di sekolah.
"Iya, suka ada yang ngejek. Tapi tetap tidak malu," ujar Jafar saat ditemui ketika berjualan di sekitar Jalan Mayor Abdurrahman, Kabupaten Sumedang, Rabu (12/3/2020).
Bocah asal Lembur Tengah, RT 3/17, Kelurahan Situ, Kecamatan Sumedang Utara, Kabupaten Sumedang ini juga mengaku tidak ingin bermain seperti anak-anak yang lain karena tak ingin menyusahkan kedua orangtua.
"Enggak malu (jualan es buah), enggak mau main juga karena kasihan sama Mamah dan Adik," ujar bocah yang merupakan siswa kelas 6 SDN Panyingkiran 2 itu.
Neneng Fatimah (32) ibu Jafar mengatakan, meskipun saat pulang ke rumah anaknya pertamanya itu mengaku suka ada yang mengejek, tetapi Jafar tidak mempermasalahkan hal tersebut.
"Saat pulang berdagang, keluh kesahnya suka ada yang menghina (ngejek) saja, tapi dia mah ya gak apa-apa," ujar Neneng.
Ia mengatakan, anaknya itu berjualan keliling karena ingin membantu kebutuhan orangtua dan hal tersebut juga merupakan keinginan dari Jafar sendiri.
"Saja juga tinggal disini ngontrak, bayar Rp 500 ribu per bulan," katanya.
Ibu yang memiliki dua orang anak ini bersyukur memiliki anak seperti Jafar yang tak malu berjualan keliling demi membantu meringankan beban kedua orangtuanya.
"Suami saya bekerja kuli bangunan di Bandung, sejak satu bulan yang lalu. Anak saya berkeliling berjualan es buah dari pukul 09.00 - 18.00 WIB," ucap Neneng.
Diberitakan sebelumnya, di tengah terik matahari, seorang bocah bernama Jafar Sidik (11), warga Lembur Tengah, RT 03/17, Kelurahan Situ, Kecamatan Sumedang Utara, Kabupaten Sumedang tampak semangat menenteng es buah untuk dijual secara berkeliling.
Di saat teman sebayanya asyik bermain sepeda, Jafar malah sibuk dan terlihat tidak ada rasa malu untuk menawarkan es buah ke setiap rumah warga meskipun tak mudah untuk mendapatkan para pembeli.
Sebelum berangkat, Jafar menyiapkan sendiri barang dagangannya dibantu oleh ibunya di rumah kontrakan yang sangat sederhana. Kemudian setelah semuanya selesai, dia langsung berpamitan dan meminta doa ke ibunya agar semua dagangannya bisa laku terjual.
Kemudian ia berjalan dengan menyusuri gang sempit dan area persawahan sambil menawarkan es buah dengan suara yang lantang agar warga yang sedang berada di dalam rumah mendengar apa yang ia jual.
Siswa kelas 6 SDN Panyingkiran 2 itu setiap harinya berjualan dengan membawa tas kecil, memakai masker dan sandal jepit. Saat berjualan, dia hanya mampu membawa es buah sebanyak 10 cup yang disimpan menggunakan wadah terbuka.
Meski tubuhnya mungil, anak pertama dari pasangan suami istri Neneng Fatimah (36) dan Ubed Junaedi (40) itu mampu berkeliling ke setiap kampung agar semua dagangannya bisa laku terjual.
"Uangnya dikumpulin di mamah, agar ada modal lagi buat usaha, bayar token listrik dan bayar kontrakan," ujar Jafar saat ditemui ketika berjualan di sekitar Jalan Mayor Abdurrahman, Kabupaten Sumedang, Rabu (12/3/2020).
Selain itu, uang hasil penjualan es buah itu ia gunakan untuk membeli kuota internet agar bisa belajar online seperti teman-teman yang lain karena hingga saat ini belajar tatap muka di sekolah belum bisa digelar.
"Beli kuota paling banyak mampu membeli setengah giga untuk belajar online," kata Jafar.
Dalam satu kali berjualan, ia bisa membawa uang rata-rata Rp 50 ribu dari hasil penjualan 10 cup es buah yang harganya Rp 3.000. Ia bisa mendapatkan uang lebih itu karena banyak warga yang tidak menerima uang kembalian karena merasa kasihan.
"Tapi kalau habis, saya balik ke rumah untuk membawa es buah agar bisa berjualan lagi. Sehari bisa 3 sampai 4 kali berjualan dengan membawa 8 atau 10 cup es buah dalam satu kali," kata Jafar.
Ia juga mengaku tidak malu berjualan karena niatnya ingin membantu ibunya yang juga berjualan es buah di rumahnya, sedangkan untuk ayahnya bekerja kuli bangunan di daerah Kota Bandung.
"Saya jualan saat ayah bekerja di Bandung sejak satu bulan yang lalu, dan saat ini kebetulan lagi belajar di rumah. Jadi bisa bantu mamah sama adik," ucapnya.
Neneng Fatimah ibu Jafar mengatakan, anaknya itu rela berjualan es buah dengan cara berkeliling karena memang kemauannya sendiri dan tidak ada paksaan dari orangtua.
"Biasanya dia berjualan dari jam 9 sampai sore. Itu memang keinginanannya sendiri karena katanya ingin membantu orangtua," kata Neneng.
Sumber Artikel: