Skip to content Skip to sidebar Skip to footer

Ketika Tidak Sempat Membeli Dagangannya, Cukuplah Kita Mendoakannya

Profesi sebagai pelaku usaha skala kecil seperti pedagang asongan masih dianggap sebagai pekerja kelas dua di negeri ini. Pedagang asongan menjajakan barang dagangannya di pinggir jalan, dengan target pembeli pengguna jalanan umum. Mereka biasanya menjual rokok, air minum kemasan, permen, kacang goreng atau rebus, manisan mangga, tahu Sumedang, lemper ayam, bakpao maupun barang-barang non-makanan seperti jas hujan untuk pengendara motor, mainan anak kecil, gantungan bendera di kaca mobil, buku atlas dunia, dan lain sebagainya.

Ketika menawarkan dagangannya, pedagang asongan ini turun ke jalan ketika lampu lalu lintas menunjukkan warna merah atau ditengah kemacetan. Agar cepat menarik minat pembeli, mereka biasanya hanya mengambil keuntungan satu atau dua ribu perak pada setiap barang jualannya.

Ketika melihat mereka dari dalam mobil, saya yang sebelumnya hanya orang awam (belum melakoni profesi pedagang) kurang begitu memperhatikan keberadaan mereka. Minimal saya hanya bisa berfokus pada barang jualannya ataupun harga yang ditawarkan. Setelah saya terjun menjalankan profesi pedagang walau hanya melalui usaha online, hati kecil saya kerap menangis apabila melihat keberadaan pedagang asongan ini.

Saya sekarang bisa berempati, bagaimana perjuangan dan penderitaan mereka yang sesungguhnya. Melakoni pekerjaan ini tidak sesederhana yang orang awam bayangkan, yakni hanya membeli barang dan menjualnya kembali. Padahal untuk menjadi seorang pedagang, harus melalui proses yang cukup rumit.

Proses tersebut terdiri dari tiga langkah utama. Pertama, adalah mencari pemasok barang yang mampu menawarkan barangnya dengan harga terjangkau atau semurah mungkin. Hal tersebut membutuhkan waktu dan usaha untuk keluar masuk pasar ataupun bertanya kesana kemari. Langkah yang kedua adalah menentukan harga yang dapat menguntungkan pedagang disatu sisi, namun mampu menarik minat pembeli di lain sisi.

Selanjutnya, yang ketiga adalah usaha menawarkan barang dagangan. Seperti yang kita ketahui, pedagang asongan menawarkan dagangannya di pinggir ataupun lalu lalang di jalanan dengan suasana yang penuh polusi asap kendaraan, belum lagi keadaan cuaca di kota-kota besar seperti Jakarta yang panas terik terkadang berganti dengan hujan deras.


Saya berdoa bukan hanya karena bisa berempati terhadap penderitaan mereka, melainkan juga sebagai bentuk rasa syukur kepada Tuhan. Saya bersyukur karena nasib saya sebagai pedagang online jauh lebih baik dibandingkan dengan pedagang kecil ini. Saya hanya menunggu dan berinteraksi dengan calon pembeli di rumah melalui gawai saya dan hanya perlu keluar rumah ke kurir terdekat untuk mengirimkan barang jualan. Berbeda dengan mereka para pedagang asongan yang harus seharian berpeluh keringat di jalanan untuk menunggu dan menjajakan barang dagangan.