Skip to content Skip to sidebar Skip to footer

Kisah Abbad bin Bisyr, Sahabat Nabi yang Tetap Lanjutkan Salat Meski Dihujani Anak Panah

Abbad bin Bisyr termasuk di antara ahli ibadah yang juga termasuk golongan para pahlawan dalam menegakkan Islam. Ketika Islam mulai tersebar di Madinah, usia Abbad bin Bisyr belum mencapai 25 tahun.

Beliau memiliki guru seorang da'i dari Makkah bernama Mush'ab bin Umair. Dalam waktu singkat, hati keduanya telah terikat dalam ikatan iman yang kokoh. Abbad mulai belajar membaca Al-Qur'an kepada Mush'ab. Suaranya merdu dapat menyejukkan hati. Oleh karena itu, ia dikenal di kalangan para sahabat sebagai imam dan pembaca Al-Qur'an.

Abbad bin Bisyr turut berperang bersama Rasulullah SAW dalam setiap peperangan yang beliau pimpin. Dalam peperangan-peperangan itu, dia bertugas sebagai pemabawa Al-Qur'an. Ketika Rasulullah SAW kembali dari perang Dzatur Riqa', beliau beristirahat bersama seluruh pasukan muslim di lereng sebuah bukit.

Setibanya di atas bukit, Rasulullah SAW bertanya,

"Siapa yang bertugas menjaga malam ini?”

"Kami, ya Rasulullah,” kata Abbad bin Bisyr dan Amar bin Yasir seraya berdiri.

Rasululah SAW telah menjadikan keduanya bersaudara ketika kaum Muhajirin baru tiba di Madinah. Ketika keduanya keluar ke pos penjagaan, Abbad bertanya kepada Ammar,

"Siapa yang berjaga terlebih dahulu?”

"Aku yang tidur lebih dahulu,” jawab Ammar yang bersiap untuk berbaring tak jauh dari tempat penjagaan.

Dalam suasana malam yang tenang dan hening, Abbad melaksanakan salat malam dan larut dalam manisnya ayat-ayat Al-Qur'an yang dibacanya. Dalam salat itu, ia membaca surat Al Kahfi dengan suara memilukan bagi siapa saja yang mendengarnya.

Ketika Abbad tenggelam dalam kekhusyukan shalat Tahajud, seorang musuh datang menyelinap. Musuh itu yakin bahwa Rasulullah SAW ada di tempat itu dan orang yang sedang salat itu adalah pengawal yang bertugas jaga.

Orang itu menyiapkan anak panah dan memanah Abbad dengan tepat mengenai tubuhnya. Abbad mencabut anak panah yang bersarang di tubuhnya sambil meneruskan bacaan dan tenggelam dalam salat. Orang itu memanah lagi dan mengenai tubuh Abbad dengan jitu. Abbad kembali mencabut anak panah dari tubuhnya dan kembali meneruskan ibadahnya. Kemudian orang itu memanah lagi dan Abbad mencabut lagi anak panahnya seperti dua anak panah sebelumnya.

Abbad merangkak ke dekat saudaranya yang tidur lalu membangunkannya seraya berkata,

"Bangunlah saudaraku, aku terluka parah dan lemas,” kata Abbad.

Sementara itu, si pemanah tadi yang mengetahui melihat pasangan saudara itu, buru-buru melarikan diri. Ammar menoleh ke arah Abbad dan melihat darah bercucuran dari tiga luka di tubuhnya.

"Subhanallah, mengapa engkau tidak membangunkan aku ketika panah pertama mengenai tubuhmu saudaraku?” kata Ammar.

"Aku sedang membaca Al Qur'an dalam salat. Aku tidak ingin memutuskan bacaanku hingga selesai. Demi Allah, jika tidak karena takut akan menyia-nyiakan tugas jaga yang dibebankan oleh Rasulullah SAW untuk menjaga pos perkemahan kaum muslimin, biarlah tubuhku putus daripada harus menghentikan bacaan Al-Qur'an dalam shalat,” jawab Abbad. Masya Allah.